menus

Senin, 21 November 2016

DEKAN FKIP UIKA: SELAMAT JALAN ANAK-ANAKU

DEKAN FKIP UIKA: SELAMAT JALAN ANAK-ANAKU

Dekan Fakulta keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP)  UIKA Bogor, Dr. Herawati, M.S memberikan ucapan selamat kepada mahasiswanya yang akan diwisuda, " Selamat jalan anak-anaku, selamat berkarya dan selamat berprestasi", katanya saat penutupan pesantren calon wisudawan sarjana di gedung pelatihan pesantren Hilal Bogor, Sabtu (19/11).

"kalian harus menjadi pemimpin, menggantikan kami, harus lebih cerdas, lebih terampil, lebih berkualitas lebih profesional lagi dibandingkan kami, itulah harapan kami", ujarnya dihadapan 173 calon wisudawan dari FKIP tersebut.

Beliau pun berpesan kepada mereka agar bisa menunjukan perilaku-perilaku positif yang islami dan menunjukan kualitas serta profesionalisme ketika nanti sudah berada di dunia kerja sesuai dengan ilmu yang dimiliki.

Sebelumnya, acara tersebut dibuka oleh Rektor UIKA, Dr. H. E. Bahruddin, M. Ag kemudian para peserta diberikan tiga materi, yaitu: pelatihan shalat khusuk dan nikmat oleh KH. Ir. Ansufri Idrus Sambo, peranan pendidik dalam perspektif islam oleh Ust. Syukron Makmun, M. Ag dan jati diri seorang guru oleh Ust. Nunu Zein Fuad.

"Apa yang telah disampaikan para pemateri tadi, kami mohon itu dijadikan bekal untuk meraih cita-cita membanggakan keluarga, masyarakat dan kampus UIKA Bogor ini", tutupnya.

Dwi Purwitasari (22), calon wisudawan dari jurusan pendidikan bahasa Inggris ini berpendapat, acara ini merupakan kado yang dipersembahkan kepada kami, "hadiah dan pesan sebelum perpisahan agar menjadi bekal serta kenang-kenangan", katanya.(Ibnu Hilal)





FKIP BEKALI CALON WISUDAWAN

FKIP UIKA MENGADAKAN PESANTREN CALON WISUDAWAN

Bogor-Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP) Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor mengadakan pesantren calon wisudawan sarjana angkatan ke-7 di gedung pelatihan pesantren tinggi imam masjid Hilal, Budi Agung Bogor. Sabtu (19/11).

Acara ini bertemakan "Menjadi Sarjana Muslim yang Tangguh dan Berkarakter" dan dihadiri oleh 173 peserta calon wisudawan. mereka akan diwisuda pada hari rabu siang (23/11) di gedung brajamustika.

Rektor UIKA, Dr. H. E. Bahruddin, dalam sambutannya mengatakan, tanggung jawab para sarjana FKIP lebih berat dari pada sarjana lainnya, "Karena sarjana FKIP bisa melahirkan presiden, tapi presiden belum tentu bisa melahirkan sarjana FKIP", ujarnya.

Beliaupun mengapresiasi kepada FKIP yang bisa menyelenggarakan acara ini, "Karena baru fakultas ini saja yang bisa mengadakan pesantren calon wisudawan sarjana, semoga bisa diikuti oleh fakultas-fakultas lainnya", ungkapnya.

Dekan FKIP, Dr. Herawati, M.S, mengatakan, acara ini dalam rangka pemberian pembekalan terakhir kepada calon wisudawan, "Semoga bekal ini memperkuat sikap mental calon sarjana-sarjana pendidikan yang dikeluarkan oleh FKIP UIKA", ujarnya.

"Bagaimanapun mahasiswa lulusan kami harus menunjukkan karya, perestasi dan kinerja yang dilandasi dengan peinsip-peinsip keislaman atau prilaku yang islami", terangnya.

Pada kesempatan itu, para peserta diberikan tiga materi, yaitu: pelatihan shalat khusuk dan nikmat oleh KH. Ir. Ansufri Idrus Sambo, peranan pendidik dalam perspektif islam oleh Ust. Syukron Makmun M. Ag dan jati diri seorang guru oleh Ust. Nunu Zein Fuad.

Dwi Purwitasari (22), calon wisudawati dari jurusan pendidikan bahasa Inggris menilai, acara ini merupakan sebuah kado yang dipersembahkan kepada kami, "hadiah dan pesan sebelum perpisahan agar menjadi bekal serta kenang-kenangan", tandasnya.

Beliau juga menambahkan, materi-materi yang diberikan sangat membekas, " Banyak yang jadi tersadarkan akan hakikat kita sebagai hamba, disampaikan dengan menarik dengan menggunakan bahasa yang bagus serta pada mudah dimengerti", pungkasnya yang merupakan mantan ketua komunitas penulis islam UIKA (KOPIKA) itu. (Ibnu Hilal)





TENTANG RASA

TENTANG RASA

Rasa yang membisu
Teramat sangat tersipu malu

Tidak ada kata
Tidak ada sapa
Tidak ada tatap muka
Sederhana, hanya hati yang berbicara

Tanpa melalui perkenalan
Tanpa ada pertemuan
Tanpa ada rayuan
Indah, Indah sekali tak tergambarkan

Sudut perpus FAI UIKA
Bogor, 22 November 2016

Selasa, 15 November 2016

REDUPNYA NAHI MUNGKAR
Oleh: Nurhilal
Mahasiswa KPI UIKA Bogor


Cukup mendalam apa yang dipaparkan oleh Dr. Ahmad Sastra, dosen pasca sarjana UIKA Bogor. Dalam artikelnya di salah satu media cetak, yaitu Bogor today dengan judul Psikologi moralitas, dimana tulisan beliau yang membahas tentang kasus pemerkosaan oleh 14 remaja terhadap anak SD bernama Yuyun. Dalam analisanya dan penawaran solusi terkait permasalahan kasus itu tidak cukup sampai disana saja, bahkan menurut penulis sendiri belum menyentuh hal yang paling utama.

Dalam menganalisa kasus yang sempat menghebohkan saentero negri ini, beliau menggunakan perspektif psikoanalisa Freud yang bisa ditemukan relevansi dan korelasi berhubungan tindakan amoral yang dilakukan oleh 14 remaja itu. Inti dari pandangan psikoanalisa Freud tindakan manusia yang bermoral atau tidak bermoral  merupakan refleksi dari tiga alat kepribadian yang disebut Id, Ego dan Super Ego.

Analisa diatas hanya dilihat dari para pelaku pemerkosa saja, sedangkan masih banyak penyebab terjadinya tindakan seperti binatang tersebut. Termasuk bukan dari pelaku-pelaku pemerkosaanya saja, melainkan dari llingkungan dan masyarakat disana yang membuat  remaja-remaja seperti itu. Sederrhananya kurang kepedulian dari masyarakat setempat sehingga kualitas remaja-remaja disana tidak berkualitas. Bahkan mereka menjadi sampah masyarakat.

Kalau terjadinya kemaksiatan, kedzaliman dan keruksakan lainya dimana-mana oleh para remaja disuatu daerah, itu menandakan di daerah tersebut belum terdapat tokoh-tokoh agama. Yang mana tugas mereka adalah untuk mengajarkan nilai-nilai yang terdapt didalam quran dan hadits kepada manusia, terutama orang-orang yang berda disekitarnya. Kalaupun disana sudah terdapat tokoh agama belum mempunyai keberanian  untuk mendekati para remaja yang bisa dikatakan nakal. Kemungkinan lainya dakwah mereka belum memberikan dampak atau pengaruh disana.

Dalam kasus yuyun, sebelum para pelaku memperkosa seorang anak kecil yang baru saja kelas lima SD, para pelaku dalam keadaan tidak sadar akibat minuman keras. Selain itu, kebiasaan mereka menonton pornografi.  itu menandakan peredaran  minuman keras disana berjalan dengan lancer, begitu juga penjualan VCD porno. maka dari itu moralitas remaja semakin ruksak. Apabila tidak terlaksananya Amar ma’ruf dan nahi mungkar kondisi seperti ini dibiarkan begitu saja, maka kasus yuyun hari ini akan menjadi hal yang biasa terjadi dimasa yang akan datang. Maka dari itu perlu ada tindakan-tindakan yang kongkrit yang memacu untuk beramar ma’ruf nahi mungkar.

Allah SWT berfirman didalam surat Ali-Imran ayat ke 104. “Dan dendaklah ada diantara kamu segolongan ummat menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung”. Begitu juga hadits nabi yang bersumber dari Abdullah ibnu Mas’ud, Nabi SAW bersabda,” Sungguh, Demi Allah, hendaknya engkau benar-benar menyerukan yang ma’ruf, dan benar-benar mencegah yang mungkar, dan sungguh-sungguh menentang tangan-tangan orang dzalim, dengan benar-benar mengembalikannya kejalan yang hak, dan benar-benar menjaganya di jalan yang haq”. (HR Abi Daud rhm)

 Ayat dan hadits diatas berisi tentang kewajiban untuk beramar ma’ruf dan nahi mungkar. Amar ma’ruf nahi  mungkar adalah kalimat bahasa Arab yang telah meng-indonesia, aslinya adalah Al-amru bil ma’ruf wannahu ‘anil mungkar.  Amar ma’ruf terdiri dari dua kata, yaitu: Al-amru yang berarti menuntut pengadaan sesuatu, sehingga pengertiannya mencakup perintah, seruan, ajakan, himbauan dan lain-lain yang menuntut dikerjakan. Sedangkan Al-ma’ruf  mempunyai arti sesuatu yang dikenal baik (kebajikan), yaitu semua perbuatana baik sesuai syari’at islam dan yang mendekatkan pelakunya kepada Allah SWT.


An-nahyu artinya mencegah pengadaan sesuatu, sehingga pengertiannya mencakup melarang, melawan, teguran, menentang, menghindarkan, menyudahi dan lain-lain yang mencegah dikerjakannya sesuatu. Sedang Al-mungkar artinya sesuatu yang diingkari (kemungkaran), yaitu segala perbuatan mungkar menurut syari’at islam dan menjauhkan pelakunya dari Allah SWT, jadi, An-nahyu ‘anilmungkar berarti mencegah mengadakan segala kemungkaran.
Amar ma’ruf dan nahi mungkar ini saling berkaitan, tidak bias dipisahkan satu samalainnya. Ibarat seorang petani, amar ma’ruf itu menanam padinya, sedangkan nahi mungkar adalah memberantas hamanya. Kalau seorang petani ingin berhasil dengan hasil panen yang melimpah, harus dilakukan keduanya. Tidak bisa hanya menam padi saja, karena akan dirusak atau diserang oleh hama. Apalagi kalau hanya memberantas hama saja tanpa menanam padi, apa yang mau dipanen? Bagi petani yang hanya bisa menan padi, dan belum bisa memberantas hamanya bisa menghubungi  atau menyuruh orang yang dianggap bisa untuk memberantas hamanya.
Jadi  jelas, kema’rufan seperti: tadarus Al-Quran, majlis ta’lim, halaqoh dzikir, penyampaian nasihat, pembangunan pesantren dan madrasah, pembinaan aktivis, pelatihan dakwah, sedeqah, santunan faqir miskin. Sedangkan nahi mungkar mencegah dari segala kemungkaran, seperti: memerangi kemurtadan, menutup tempat maksiat, menentang perdukunan, menghapuskan korupsi, melarang pelacuran, menghilangkan pornografi, menghancurkan narkoba, memusnahkan minuman keras dan lain-lain adalah memberantas hama untuk menjaga padi guna mengharapkan panen dengan hasil yang melimpah ruah.
Meninggalkan Amar ma’ruf dan nahi mungkar  berarti meninggalakan peran dan manfa’atnya. Itu akan menjadi malapetaka bagi umat islam khususnya dan umat manusia pada umumnya.
Allah SWT berfirman didalam surat Al-Anfal : 25 “dan periharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dzolim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaannya”. Begitu juga hadit Nabi SAW yang bersumber dari Aisyah ra, bahwasannya Rasullullah SAW bersabda. “Wahai manusia, sesungguhnya Allah ‘Aza wajala berfirman:” serulah kema’rufan dan cegahlah kemungkaran, sebelum engkau berdo’a kepada-Ku namun aku tidak  mengabulkannya, sebelum engkau semua meminta kepada-Ku namun aku tidak memberikannya,  dan sebelung engaku semua memohon pertolongan kepada-Ku, namun aku tidak menolong engkau sekalian”.
Dari ayat dan hadits diatas menginformasikan kepada kita, apabila ada suatu kemungkaran, kemaksiatan dan kedzaliman sedangkan kita tau dan mempunyai kemampuan untuk mencegahnya, namun kita membiarkannya maka peringatan atau adzab Allah SWT tidak hanya menimpa pelaku kemaksiatan saja. melainkan orang-orang disekitarnyapun akan merasakan dampak peringatan atau adzab dari Allah SWT itu. dan inilah salah satu penyebab kenapa Allah SWT tidak menolong kita, mengabulkan do’a-do’a yang telah kita panjatkan dan tidak memberikan apa yang kita pinta dan butuhkan.

Perlu di ingat, mungkin hari ini orang lain yang dipaksa untuk keluar agama islam, dicocoki minuman keras, diberikan narkoba secara cuma-cuma, tergoda dengan besarnya hasil perjudian dan lain sebagainya. Boleh jadi besok adalah orang-orang terdekat dari kita. Saudara kita, anak cucu kita, pasangan kita, teman-teman kita, tetangga kita dan lain-lain. Dan yang paling bertanggung jawab atas semua permasalahan ini adalah pemerintah. Ini harus segera perhatikan lebih serius lagi. Begitu juga para ulama, da’i, ustadz, kyai dan guru yang mempunyai tugas khusus untuk memperbaiki masyarakat dan umat. Secara umum ini adalah tugas kita semua.


Oleh sebab itu, mari kita semarakan lagi amar ma’ruf dengan tidak meninggalkan nahi mungkarnya serta menyempurnakan keduanya. Dengan itu tidak  akan ada lagi korban-korban akibat kemungkaran, kemaksiatan dan kedzaliman, sebagaimana kasus  yuyun atau yang lebih dari itu. guna terciptanya masyarakat yang aman sejahtera dan diridhoi Allah SWT.