REDUPNYA NAHI MUNGKAR
Oleh: Nurhilal
Mahasiswa KPI UIKA
Bogor
Cukup mendalam apa yang
dipaparkan oleh Dr. Ahmad Sastra, dosen pasca sarjana UIKA Bogor. Dalam
artikelnya di salah satu media cetak, yaitu Bogor today dengan judul Psikologi
moralitas, dimana tulisan beliau yang
membahas
tentang kasus pemerkosaan oleh 14 remaja terhadap anak SD bernama Yuyun. Dalam
analisanya dan penawaran solusi terkait permasalahan kasus itu tidak cukup sampai disana saja, bahkan menurut penulis sendiri belum menyentuh
hal yang
paling utama.
Dalam menganalisa kasus
yang sempat menghebohkan saentero negri ini, beliau menggunakan perspektif
psikoanalisa Freud yang bisa ditemukan relevansi dan korelasi berhubungan
tindakan amoral yang dilakukan oleh 14 remaja itu. Inti dari pandangan
psikoanalisa Freud tindakan manusia yang bermoral atau tidak bermoral merupakan refleksi dari tiga alat kepribadian
yang disebut Id, Ego dan Super Ego.
Analisa diatas hanya
dilihat dari para pelaku pemerkosa saja, sedangkan masih banyak penyebab terjadinya
tindakan seperti binatang tersebut. Termasuk bukan dari pelaku-pelaku pemerkosaanya saja, melainkan dari llingkungan
dan masyarakat disana yang membuat
remaja-remaja seperti itu. Sederrhananya
kurang kepedulian dari masyarakat setempat sehingga kualitas remaja-remaja
disana tidak berkualitas. Bahkan mereka menjadi sampah masyarakat.
Kalau terjadinya
kemaksiatan, kedzaliman dan keruksakan lainya dimana-mana oleh para remaja
disuatu daerah, itu menandakan di daerah tersebut belum terdapat tokoh-tokoh agama.
Yang mana tugas mereka adalah untuk mengajarkan nilai-nilai yang terdapt
didalam quran dan hadits kepada manusia, terutama orang-orang yang berda
disekitarnya. Kalaupun disana sudah terdapat tokoh agama belum mempunyai keberanian untuk mendekati para remaja yang bisa
dikatakan nakal. Kemungkinan lainya dakwah mereka belum memberikan dampak atau pengaruh disana.
Dalam kasus yuyun,
sebelum para pelaku memperkosa seorang anak kecil yang baru saja kelas lima SD,
para pelaku dalam keadaan tidak sadar akibat minuman keras. Selain itu, kebiasaan mereka menonton pornografi. itu menandakan peredaran minuman keras disana berjalan dengan lancer,
begitu juga penjualan VCD porno. maka dari itu moralitas remaja semakin ruksak.
Apabila tidak terlaksananya Amar ma’ruf dan nahi mungkar kondisi seperti ini
dibiarkan begitu saja, maka kasus yuyun hari ini akan menjadi hal yang biasa
terjadi dimasa yang akan datang. Maka dari itu perlu ada tindakan-tindakan yang
kongkrit yang memacu untuk beramar ma’ruf nahi mungkar.
Allah SWT berfirman didalam surat Ali-Imran ayat ke
104. “Dan dendaklah ada diantara kamu segolongan ummat menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Mereka
itulah orang-orang yang beruntung”. Begitu juga hadits nabi yang bersumber dari
Abdullah ibnu Mas’ud, Nabi SAW bersabda,” Sungguh, Demi Allah, hendaknya engkau
benar-benar menyerukan yang ma’ruf, dan benar-benar mencegah yang mungkar, dan
sungguh-sungguh menentang tangan-tangan orang dzalim, dengan benar-benar mengembalikannya
kejalan yang hak, dan benar-benar menjaganya di jalan yang haq”. (HR Abi Daud
rhm)
Ayat dan hadits
diatas berisi tentang kewajiban untuk beramar ma’ruf dan nahi mungkar. Amar
ma’ruf nahi mungkar adalah kalimat
bahasa Arab yang telah meng-indonesia, aslinya adalah Al-amru bil ma’ruf wannahu ‘anil mungkar. Amar ma’ruf terdiri dari dua kata, yaitu:
Al-amru yang berarti menuntut pengadaan sesuatu, sehingga pengertiannya
mencakup perintah, seruan, ajakan, himbauan dan lain-lain yang menuntut dikerjakan.
Sedangkan Al-ma’ruf mempunyai arti
sesuatu yang dikenal baik (kebajikan), yaitu semua perbuatana baik sesuai
syari’at islam dan yang mendekatkan pelakunya kepada Allah SWT.
An-nahyu artinya mencegah pengadaan sesuatu, sehingga
pengertiannya mencakup melarang, melawan, teguran, menentang, menghindarkan,
menyudahi dan lain-lain yang mencegah dikerjakannya sesuatu. Sedang Al-mungkar
artinya sesuatu yang diingkari (kemungkaran), yaitu segala perbuatan mungkar
menurut syari’at islam dan menjauhkan pelakunya dari Allah SWT, jadi, An-nahyu
‘anilmungkar berarti mencegah mengadakan segala kemungkaran.
Amar ma’ruf dan nahi mungkar ini saling berkaitan,
tidak bias dipisahkan satu samalainnya. Ibarat seorang petani, amar ma’ruf itu
menanam padinya, sedangkan nahi mungkar adalah memberantas hamanya. Kalau
seorang petani ingin berhasil dengan hasil panen yang melimpah, harus dilakukan
keduanya. Tidak bisa hanya menam padi saja, karena akan dirusak atau diserang
oleh hama. Apalagi kalau hanya memberantas hama saja tanpa menanam padi, apa
yang mau dipanen? Bagi petani yang hanya bisa menan padi, dan belum bisa
memberantas hamanya bisa menghubungi
atau menyuruh orang yang dianggap bisa untuk memberantas hamanya.
Jadi jelas,
kema’rufan seperti: tadarus Al-Quran, majlis ta’lim, halaqoh dzikir,
penyampaian nasihat, pembangunan pesantren dan madrasah, pembinaan aktivis,
pelatihan dakwah, sedeqah, santunan faqir miskin. Sedangkan nahi mungkar
mencegah dari segala kemungkaran, seperti: memerangi kemurtadan, menutup tempat
maksiat, menentang perdukunan, menghapuskan korupsi, melarang pelacuran,
menghilangkan pornografi, menghancurkan narkoba, memusnahkan minuman keras dan
lain-lain adalah memberantas hama untuk menjaga padi guna mengharapkan panen
dengan hasil yang melimpah ruah.
Meninggalkan Amar ma’ruf dan nahi mungkar berarti meninggalakan peran dan manfa’atnya.
Itu akan menjadi malapetaka bagi umat islam khususnya dan umat manusia pada
umumnya.
Allah SWT berfirman didalam surat Al-Anfal : 25 “dan
periharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang
dzolim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaannya”.
Begitu juga hadit Nabi SAW yang bersumber dari Aisyah ra, bahwasannya
Rasullullah SAW bersabda. “Wahai manusia, sesungguhnya Allah ‘Aza wajala
berfirman:” serulah kema’rufan dan cegahlah kemungkaran, sebelum engkau berdo’a
kepada-Ku namun aku tidak
mengabulkannya, sebelum engkau semua meminta kepada-Ku namun aku tidak
memberikannya, dan sebelung engaku semua
memohon pertolongan kepada-Ku, namun aku tidak menolong engkau sekalian”.
Dari ayat dan hadits diatas menginformasikan kepada
kita, apabila ada suatu kemungkaran, kemaksiatan dan kedzaliman sedangkan kita
tau dan mempunyai kemampuan untuk mencegahnya, namun kita membiarkannya maka
peringatan atau adzab Allah SWT tidak hanya menimpa pelaku kemaksiatan saja.
melainkan orang-orang disekitarnyapun akan merasakan dampak peringatan atau
adzab dari Allah SWT itu. dan inilah salah satu penyebab kenapa Allah SWT tidak
menolong kita, mengabulkan do’a-do’a yang telah kita panjatkan dan tidak
memberikan apa yang kita pinta dan butuhkan.
Perlu di ingat, mungkin hari ini orang lain yang
dipaksa untuk keluar agama islam, dicocoki minuman keras, diberikan narkoba
secara cuma-cuma, tergoda dengan besarnya hasil perjudian dan lain sebagainya.
Boleh jadi besok adalah orang-orang terdekat dari kita. Saudara kita, anak cucu
kita, pasangan kita, teman-teman kita, tetangga kita dan lain-lain. Dan yang
paling bertanggung jawab atas semua permasalahan ini adalah pemerintah. Ini
harus segera perhatikan lebih serius lagi. Begitu juga para ulama, da’i,
ustadz, kyai dan guru yang mempunyai tugas khusus untuk memperbaiki masyarakat
dan umat. Secara umum ini adalah tugas kita semua.
Oleh sebab itu, mari kita semarakan lagi amar ma’ruf
dengan tidak meninggalkan nahi mungkarnya serta menyempurnakan keduanya. Dengan
itu tidak akan ada lagi korban-korban
akibat kemungkaran, kemaksiatan dan kedzaliman, sebagaimana kasus yuyun atau yang lebih dari itu. guna
terciptanya masyarakat yang aman sejahtera dan diridhoi Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar