menus

Jumat, 19 Agustus 2016

PEREMPUAN UNTUK LAKI-LAKI KEJI, KENAPA...?


PEREMPUAN UNTUK LAKI-LAKI KEJI, KENAPA...?

Oleh: Ibnu Hilal

"Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-permpuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik pula...". ( QS An-Nur 24:26 )

Dalam Ayat di atas, Allah menginformasikan sekaligus menjanjikan kepada kita semua, bahwasanya perempuan yang keji akan mendapatkan laki-laki yang keji, begitupun sebaliknya.

Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana dan seperti apa pasangan hidup kita nanti, sebenarnya mudah sekali dan kitapun bisa memprediksinya dari sekarang juga, caranya dengan melihat diri kita sendiri.
Seberapa yakin kita kepada Allah?
Sampai dimana kualitas dan kuantitas ibadah  kita?
Seperti apa Akhlaq kita?

 Setelah kita melihat dan menilai diri kita seperti apa, maka tidak akan jauh berbeda, seperti itulah pasangan hidup kita kelak. Sederhananya, kita adalah cerminan dari pasangan hidup kita nanti.

Dalam realitasnya, tidak sedikit kita jumpai baik itu keluarga, tetangga atau teman dekat kita mendapati pasangan hidup yang tidak sesuai sebagaimana yang telah di janjikan Allah SWT. Mereka yang kita kenal baik, ibadahnya rajin dan akhlaqnya bagus malah menikah dengan yang tidak baik, suka melalaikan bahkan berani meninggalkan kewajiban dan akhlaqnya amat buruk, ataupun sebaliknya.

Bukankah dalam Al-Quran tidak seperti itu.
Kenapa bisa terjadi kontradiksi seperti ini?
Tidak mungkin Allah SWT tidak menepati janji-Nya, karena Allah telah berfirman dalam Quran surat Ali-imron 3:9 "...sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji." begitu juga dalam surat yang sama ayat 194 Allah SWT berfirman "...sesungguhnya engkau (Allah) tidak pernah mengingkari janji".

Jodoh memang sudah di tentukan Oleh Allah SWT, namun kita yang mengusahakannya. Kita memiliki pilihan untuk melakukan dan menentukan sesuatu, memilih sesuatu dan menjadi sesuatu. Kehendak bebas atau kesempatan memilih yang di berikan Allah SWT kepada manusia inilah yang akhirnya menghasilkan konsekuensi logis. Yaitu pertanggungjawaban manusia atas perbuatan-perbuatan yang dipilih olehnya, baik itu di dunia terlebih lagi di akhirat yang kita kenal dengan Hisab.

Begitu juga dalam kasus pasangan hidup yang tidak sesuai dengan yang di janjikan oleh  Allah SWT, bukan ayatnya yang salah & juga bukan pula Allah SWT yang mengingkari janji, melainkan itu kesalahan diri mereka sendiri yang keliru dalam memilih.

Sebagaimana kita ketahui, lelaki punya hak untuk bebas memilih siapa calon istrinya, sedangkan perempuan  mempunyai hak untuk menerima atau menolak lelaki yang datang untuk menginginkannya menjadi seorang istri.

Jadi kalau ada lelaki baik mendapatkan istri yang keji, maka salah lelaki tersebut kenapa memilih perempuan tersebut. Begitu juga kalau ada perempuan yang baik mendapatkannya suami yang keji, maka itu kesalahannya dari perempuan itu sendiri, kenapa malah menerima lelaki tersebut untuk dijadikan suami, padahal kalau dulu sabar sedikit saja, mungkin ada lelaki lain yang lebih  baik lagi  dari suaminya.

Kalau kita yakin dengan ayat diatas dan kita menginginkan pasangan yang terbaik kelak, maka mulai detik ini kita sedah mempersiapkanya, dengan memperbaiki diri  dan terus berusaha menjadikan pribadi yang lebih baik dengan Aqidah, ibadah dan akhlaq yang di ridhoi Allah SWT, ini juga berlaku bagi yang sudah menikah dan terlanjur mendapatkan pasangan yang tidak sesuai, dengan itu Allah SWT akan menolong siapa saja hambanya yang  terus memperbaiki dan  terus mendekatkan diri kepada-Nya, sehingga akan diberikan kemampuan untuk mempengaruhi & mengajak pasangannya menjadi lebih baik lagi.

Kamis, 18 Agustus 2016

Bima Arya: Merdeka Adalah Syarat Hidup Makmur dan Bahagia


Bima Arya: Merdeka Adalah Syarat Hidup Makmur dan Bahagia



Bogor-Dalam rangka memperingati HUT RI ke-71, Pemkot Bogor menyelenggarakan pesta rakyat yang dipusatkan di lapangan kelurahan Sukaresmi. Rabu (17/08).

Kedatangan Bima Arya bersama rombongan yang didampingi MS Kaban disambut gagap gempita oleh masyarakat setempat.

Dalam sambutannya, Bima Arya menjelaskan,  bahwasanya merdeka itu bukan tujuan akhir dan satu-satunya, "Merdeka adalah syarat hidup makmur dan bahagia, Untuk apa merdeka kalau tidak makmur dan bahagia", Ujar wali kota Bogor itu.

Beliau menambahkan, syarat makmur dan bahagia itu adalah bersatu. Disamping itu beliau mengajak warganya untuk bersatu mendukung Lurahnya, camatnya, anggota dewannya dan dirinya selaku wali kota.

Sebelum diakhiri, pak wali juga minta doa kepada warga, "Do'akan untuk wali kota dan jajarannya supaya amanah dan bisa bekerja untuk membuat rakyat sejahtera", Pungkas mantan pengamat politik itu.

Sedangkan MS Kaban menyampaikan,  bahwa Indonesia ini adalah tempat lahir kita semua. Oleh karena itu, kita harus mempertahankannya.

"Kita merdeka berkat Allah SWT", ujar mantan menteri kehutanan yang mengingatkan kepada masyarakat yang hadir.

Acara semakin meriah ketika Bima Arya mengikuti lomba dan berbaur bersama masyarakat. Selain gebuk bantal, beliau juga mengikuti lomba balap karung dan tarik tambang.(Ibn Hilal)

Senin, 15 Agustus 2016

PENA

Sudah dua hari ini aku melihat lelaki sedang duduk didekat sebuah parkiran, dengan sebuah pena yang terikat di lehernya menggunakan seutas tali. Aku sebagai warga setempat merasa curiga karena malam hari saja dia muncul. 

Malam berikutnya aku melihat lelaki itu lagi, sesekali melihat pena-nya kemudian di kalungkan lagi, sesekali juga melihat-lihat kendaraan yang masih tersdia diparkiran. Dari kejauhan aku mengikuti gerak-geriknya yang mencurigakan itu.

Akhirnya aku memberanikan diri untuk menghampirinya, untuk menghilangkan kecurigaanku ini. Mungkin lelaki itu sedang mencari seseorang dikampung ini, atau mungkin betul-betul mau mencuri motor yang berada di parkiran, atau mungkin....entahlah?

"Ma'af, boleh saya duduk di sini?" Tanyaku pada lelaki dengan pena yang dikalungkannya itu.
"Silahkan", jawabnya acuh dengan kepala tertunduk ke bawah
"Terima kasih", kataku sambil duduk di samping sebelah kanannya.

Sudah sekitar dua menit kami terdiam, sebenarnya aku berharap lelaki itu yang memulai pembicaraan.

"Barang kali sedang menunggu teman?" Tanyaku memulainya lagi

"Dan kau sendiri,?" Katanya dengan melirikan matanya tajam
kepadaku.

"Aaa aku, Aku hanya ingin duduk di sini saja". Jawabku

"Kenapa harus disini dan tidak di tempat lain saja?" Sambil memperbaiki tempat duduknya. "Apa kau ingin mencari teman dan mengajakku ngobro
l?" Lanjutnya

"Benar". Jawabku berbohong. Dan lelaki itu diam saja. " kebetulan aku sering melihat saudara duduk sendiri".

"Oowh". Responya, sekarang sambil memainkan pena
-nya dengan di putar-putar menggunakan ibu jari dan telunjuknya

"Bagaiana kalau kita
sekarang berteman?" Ajakku kepadanya.
"Boleh" jawabnya setelah aku menunggu agak lama.

"Sudah beberapa malam ini akau melihatmu duduk sendiri disini, barangkali ada yang dicari atau dinanti disekitar daerah sini?"

"Pertanyaan yang penuh kecurigaan", jawabnya sinis sambil mencoret coretkan penanya
ke tempat duduk tidak jelas.

"Sama skali aku tidak mencurigaimu", agak sedikit
tegang dan detak jantung tak karuhan..

"Yaa...yaa, aku tahu. Aku juga tidak menuduh anda begitu, apalagi menuduh anda sebagai intel di kampung ini. Tidak, ku anggap kau sudah menjadi temanku, meskipun baru beberapa saat saja kita kenalannya. Ma'af, aku juga ingin meminta pendapat anda sebagai teman, biasanya teman siap memberikan pertolongan atau saran jika diminta. Bagaimana?"

Sedikit mulai mencair suasananya, nada suaranya sudah seperti agak
mengalir. Aku mencoba melihat-lihat pena di tangannya.

"Langsung saja. Apa yang haru
s akau sarankan kepadamu?"

" Hei, enggak bisa gitu dong, segala persoalan itu harus dirunut dari awal supaya mengerti". Suarana yang agak menasehati

"Ok, kalau itu keinginan anda".

"Hmmm..., begini", terdiam sejenak kayanya ada beban yang sangat berat sedang dialaminya

"Saya mempunyai istri  sedang hamil tua, sembilan bulan", ucapnya sambil melihat ke langit yang agak mendung. " anda sudah faham kalau wanita hamil suka min
tanya yang gak jelas dan aneh-aneh".

"Ngidam maksudmu?"

"Ya. Dan istriku meminta tidak sama seperti ngidamnya istri-istri yang sedang hamil lainnya. Istriku hanya
meminta pena yang ini". Sambil menunjukan jarinya ke pena yang ia bawa. "Sebenarnya istriku sudah memintanya sejak kandungannya berumur tiga bulan. Tapi aku pikir-pikir untuk memberikankan pena ini dan sebisa mungkin aku akan mempertahankan pena ini", Sambungnya lagi sambil mengalungkannya kembali pena tersebut kelehernya.

"Oh, cuma itu. Kenapa tidak dituruti saja kemauan istrimu itu...? Saya kira pena yang sekarang anda bawa tidak akan ada pengaruhnya sama sekali dalam kehidupa
n anda. Pena hanya alat untuk menulis saja, lagian anda bisa membeli pena yang sama percis di toko, kan masih banyak? Istri dan anak yang berada di dalam kandungan itu lebih penting dari pada pena itu". Nasehatku dan sekaligus memohon agar keinginan istrinya didahulukan dari pada mempertahankan pena yang sebenarnya tidak seberapa..

"Jangan sok tau, ini masalah prinsip dan aku sudah berjanji tidak akan meminjamkan pena ini kesiapapun, apalagi memberikannya. Anda tau aku menggunakan pena ini sudah lebih 18 tahun, sejak SMP,  kuliah S1 sampai kini aku gunakan dalam pekerjaanku. Ini adalah benda yang menemaniku dalam berjuang selama itu".

" Tetapi semuanya kan demi istri dan anak yang ada di dalam kandungan, kenapa hanya masalah pena anda harus egois terhadap istri? Kenapa....".

"Cukuuup cukup!" Ia memotong ucapanku dengan sedikt membentak. Aku terkejut dengan perubahan s
ikapnya yang tiba-tiba itu. Lalu lelaki itu berdiri dan beranjak pergi.

Setelah beberapa beberapa meter, kemudian lelaki itu membalikan badanya dan menghadapku.
"Mulai sekaraang, pertemanan kita putus, Ingat itu!" Dengan menundukan kepalanya dan suaranya yang pelan. Kemudian melanjutkan lagi pergi.

Dua malam berikutnya lelaki tersebut terlihat duduk ditempat biasanya, namun kali ini tidak terlihat membawa pena yang dikalungkan dilehernya. Akhirnya mau juga dia memberikan pena-nya itu, pikirku. Karena itu aku berani menghampirinya kembali, meskipun sudah diputuskan pertemanannya. Ia tidak merespon sedikitpun akan kehadiranku. Sementara di samping tempat duduknya terdapat botol minuman keras dan juga
gelasnya. Sekilas wajahnya sangat murung

"Anda lihat kalau malam ini aku tidak mem
bawa pena", ucapanya agak gemetar. " Pena itu telah kukuburkan bersama istri dan anakku. Istriku meninggal saat melahirkan dan bayinya menyusul beberapa jam kemudian. Istriku mengalami pendarahan yang hebat saat aku pulang dari sini beberapa malam lalu", dengan sedih dan gemeteran

"Aaahk!" Hanya itu yang keluar dari bibirku. Dan lelaki itupun bera
njak pergi entah kemana. Sementara awan hitam gelap tebal menutupi indahnya langit, angin besar mampu menggerak-gerakan pohon besar dan tiang listrik dan hujan lebatpun turun dimalam itu.

MENULIS UNTUK KEABADIAN

Setiap manusia mempunyai banyak pengalaman, kisah dan cerita dalam hidupnya. Pengalaman tersebut dimulai dari yang menyenangkan sampai yang menyedihkan,biasa-biasa saja sampai yang sangat mengesankan. Cerita bersama seseorangpun tidak kalah menariknya, cerita bersama keluarga, teman seperjuangan bahkan dengan seseorang yang kita pernah menaruh hati kepadanya. Kisah-kisah saat di pesantren, sekolah, kampus, tempat kerja dan yang lainyapun menjadikan tempat tersebut selalu terkenang.

pengalaman dan cerita tersebut tidak akan selamanya ada. Manusia itu mempunyai sifat  lupa, dengan lupa itu maka bisa menghilangkan pengalaman dan cerita yang ada. Selain lupa, ada lagi yang dinamakan dengan pikun. Lupa bisa dialami oleh seseorang disemua umur, sedangkan Pikun ini biasanya dialami oleh orang-orang yang sudah lanjut usia. Selain lupa dan pikun, kematianlah yang akan menghilangkan semua pengalaman perjalanan hidup kita selama ini.

Akan sangat disayangkan apabila diantara pengalaman, ceirta dan kisah tersebut terlupakan, terlebih lagi terhapuskan karena kematian kita. Baik itu pengalaman yang sangat unik, aneh, menakjubkan apalagi pengalaman yang didalamnya terdapat mengandung banyak manfa'at berupa motivasi dan juga hikmah.

Untuk membuat pengalaman itu abadi, kita dapat meneruskan dan menularkannya kepada orang lain melalui tulisan. Dengan tulisan  akan mebuat pengalaman itu bisa abadi, karena sudah dituangkan dalam sebuah buku atau berbentuk soft copy-nya yang bisa di simpan dalam sebuah komputer. Meskipun kita sudah tiada, maka pengalaman yang sudah dituliskan masih bisa di baca oleh orang lain.

Terutama ketika diantara kita mempunyai keahlian dalam bidang tertentu. Ketika tidak dituliskan mungkin hanya bermanfa'at untuk diri kita sendiri dan orang-orang di sekeitar kita.  Namun bilamana semuanya tertuliskan maka manfa'atnya akan semakin banya
k dan luas. Kita bisa mewariskan ilmu-ilmu yang sesuai keahlian untuk generasi  penerus kita nanti. kalau sudah seperti itu, secara tidak sadar kita sudah ikut berkontribusi untuk mencerdaskan bangsa ini dengan tulisan-tulisan yang telah dibuat.

Bukan tulisan saja yang akan abadi, nama penulisnya juga akan sama. Penulisnya akan dikenal dan dikenang oleh para pembaca dan orang-orang yang biasa mengambil manfa'at dari karya tulis tersebut. sebagaimana kita telah mengenal  Imam Syafi'i dengan Ar-risalah dan Al-Umm-nya, Imam Bukhori dan Imam Muslim dengan Shohih-nya, Imam Al-Ghazali dengan Ihya 'ulimudin-nya, Ibnu Hisyam dengan Sirah nabawiyah-nya dan lain-lain. Meskipun mereka telah tiada ratusan atau ribuan tahun yang lalu, namun kita mengenalnya walaupun belum pernah bertemu.

Setelah kita mengetahui bagaimana cara agar pengalaman itu bisa abadi, yaitu dengan menuliskannya. Maka dari itu, mulai dari sekarang kita ingat-ingat kembali pengalaman-pengalaman itu dan tulislah. Apabila pengalaman tersebut terlalu banyak yang masih teringat sehingga menjadi beban maka abaikan saja, pilih saja beberapa yang paling berkesan kemudian tuliskan sebagai ajang latihan.

BAGAIMANA CARA MEMULAINYA?

Setelah kita tercerahkan akan pentingnya menulis sebuah pengalaman, baik itu berupa kisah, cerita dan juga keahlian kita maka kemudian mempunyai keinginan untuk memulai menuliskannya. Jangan heran, ketika mulai menulis terapat kesulitan disana-sini. Itu terjadi karena kita belum terbiasa saja.
Yang terpenting jangan putus asa, sehingga akan membuat kita berhenti untuk menulis. Dengan demikian, maka menulis akan menjadi dari bagian hidup kita yang tidak bisa ditinggalkan.

1. Langsung saja menulisUntuk memulai atau mau belajar menulis, yaa dengan menulis. Tidak perlu pakai teori ini dan teori itu, Karena kalau menggunakan teori dan juga kaidah dalam menulis kita akan kesulitan, belum juga menulis kita sudah kebingungan terlebih dahulu. Inilah salah satu yang menyebabkan berat untuk memulai menulis. langsung saja menulis dulu, prihal teori dan kaidah dalam menulis itu bisa belakangan.
Kalau masih berat juga, kita perlu memaksakan diri untuk memulai menulis, langsung saja menulis sekarang. Ambil pena dan buka bukunya sekarang juga atau nyalakan komputernya. Tulislah apapun yang terlintas dalam pikiran kita, baik itu berupa pengalaman hidup, gagasan-gagasan tentang sesuatu, mimpi semalam ataupun menuliskan kembali pelajaran di sekolah dan lain-lain.

2. Nikmatilah prosesnya
Segala sesuatu butuh proses, begitu juga dalam menulis. Tidak ada seorang penulispun yang tiba-tiba langsung bagus tulisannya. Mereka yang sudah bagus tulisanya karena sudah terbiasa, mungkin sudah satu tahun, lima tahun, sepuluh tahun atau lebih mereka dalam menulis.

Bersabar dan nikmatilah dalam menghadapi prosesnya. Mungkin tahun pertama sejak kita mulai menulis kemampuannya hanya 20%, kalau terus belajar dan berlatih mungkin tahun berikutnya akan meningkat menjadi 40% kemampuan menulisnya. Kalau terus menerus tidak menutup kemungkinan kemampuan menulis kita bisa mencapai 90% bahkan 100%.
Selamat mencoba dan selamat berjuang.
Keluarga, teman-teman, masyarakat dan juga umat sedang menanti-nantikan karya besar kita sekarang juga. Percayalah, generasi-generasi selanjutnya sangat mengharapkan kehadiran karya  hebat yang muncul dari buah tangan kita semua.


Kuningan, 27 juli 2016