Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya[847] agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Ali Imraan:1)
Allah SWT menginformasikan kepada kita dalam ayat di atas, bahwasanya Allah telah memperjalankan hamban-Nya, yakni nabi Muhammad SAW. Perjalanan ini dari masjidil harom ke masjidil Aqso kemudian dilanjutkan ke sidratul muntaha dalam waktu yang singkat . sekarang lebih kita kenal dengan peristiwa Isra Mi’raj. Peristiwa ini mrupakan mukjizat nabi Muhammad terbesar kedua setelah kitab Al-Quran nurkarim.
Sekembalinya Rasulullah di isra dan Mi’rajkan, pagi harinya Rasulullah merenung dalam kesendirian, beliau menyadari bahwasanya peristiwa yang baru saja dialaminya ini akan berat dan sulit diterima oleh kaumnya. Kemudian lewatlah abu Jahal dihadapan nabi, dan melihat keadaan nabi dalam kondisi termenung seperti itu. Ditanyalah Rasulullah oleh abu Jahal, kemudian Rasulullah menjawab dan menceritakan peristiwa isra mi’raj itu kepada abu jahal. Mendenganr cerita Rasul yang dianggapnya tidak mungkin terjadi dan beliau sedang berdusta, kontan abu jahal memanggil masyaraka quraisy agar bisa berkumpul dan mendenganrkan cerita langsung dari nabi.
Rosulpun menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya semalam, yakni melakukan perjalanan dalam satu malam dari mekah ke palestina kemudian dilanjutkan kelangit ketujuh. Mendengar itu, kaum kafir Quraisy langsung menertawakannya bahkan orang-orang yang berimanpun keimanannya menjadi goyang dan tak banyak yang keluar dari agama Islam. Karena perjalanan normal dari mekah ke palistina bisa ditempuh dalam waktu 1 bulan dengan menggunakan unta.
Akan tetapi, lain halnya dengan sahabat Abu bakar ketika didatangi utusan, dan utusan tersebut menceritakan peristiwa itu. Abu bakar kemudian bertanya kepada utusan tersebut, siapa yang menceritakan peristiwa nabi itu? Dan utusan itu menjawab, Nabi sendiri yang menceritakannya. Kalau berita itu datangya dari nabi, jangankan peristiwa itu, peristiwa yang lebih mustahilpun beliau mempercayainya, membenarkannya dan meyakininya. Setelah itu Abu bakar pergi menemui Rasull untuk membenarkannya. Karena inilah Abu bakar mendapat gelar As-shidiq
. Allah berfirman didalam Quran Surat Al-Hasyr: 7 . Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
Itulah ketaatan dan ketebalan iman Abu bakar, apapun itu yang datang dari Rasulnya beliau menerimanya, mentaatinya dan meyakininya tidak peduli meskipun orang-orang kafir membencinya, meskipun orang-oran munafik memusuhinya. Dari peristiwa diatas mestinya menjadi pelajaran buat kita semua, apapun itu yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rosulnya kita harus meyakininya, menerimanya, membenarkannya, serta mentaatinya. Kalau kita tidak seperti itu maka telah melakukan pembangkangan kepada Allah dan ini merupakan dosa yang besar. Bahkan ketika kita menolak salah satu dari yang telah ditetapkan Allah dalam Al-quran maka kita telah murtad atau keluar dari agama islam.
Mari kita lihat di masyarakat kita, ketika dihadapkan dengan pemilihan umum saja, untuk menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin mereka. Dalam hal ini masyarakat khususnya kaum muslimin masih banyak yang keliru akan pilihan mereka. Masih ada, bahkan banyak saudara kita yang memilih pemimpin di luar agama islam, padahal jelas Allah SWT telah melarang kita untuk menjadikan seorang kafir untuk menjadi pemimpin kita. Sebagaimana dalam firmannya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali[368] dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ? (QS. An-Nisa:144)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.(QS Al-Maidah 51)
Kenapa saudara-daudara kita seiman masih saja ada yang memilih, mendukung dan mensukseskan orang kafir sebagai pemimpin? Mereka mengira dan menganggap bahwasaanya orang kafir Adil lebih baik dari pada muslim korupsi atau muslim zhalim. Mereka bisa berfikir seperti itu karena diri mereka sendiri yang kurang memperhatikan ajaran islam, sehingga tidak tau dan tidak memahami persoalan pengankatan pemimpin diluar muslim. Selain itu factor luar juga, yang tidak suka dengan agama islam berkembang dan maju, yaaitu orang orang kafir. Ditambah orang dalam yaitu, orang-orang liberal yang suka memanipulasi dan menafsirkan ayat sekehendaknya.
Untuk menanggapi dan menjawab perkara ini, kita harus mencontoh sahabat Abu bakar Ash-shidiq ketika meyakini dan membenarkan peristiwa isra dan mi’raj. Dalam hal ini ketika Allah telah melarang dan mengharamkan untuik menjadikan pemimpin kafir. Maka kita harus menerima. Meyakini, membenarkan dan menta’ati bahwasanya kita tidak boleh memilih pemimpin dari orang kafir. Apapun alasannya tidak peduli, ketika Allah mengharamkan, yaa tetap haram dan selamanya menjadikan pemimpin non muslim adalah haram. Meskipun orang kafir itu adil, meskipun orang kafir itu cerdas meskipun orang kafir itu banyak prestasinya, tetap saja haram kita memilihnya. Bahkan kalau saja orang kafir itu di usung dari partai Islam, di dukung oleh tokoh-tokoh nasional dan sampai-sampai di support oleh Habaib dan ulama, Tidak peduli. sekali haram tetap haram.
Mari kita kembali lagi kepada islam yang semuanya diatur dalam Al-Quran dan sunnah, dengan mempelajarinya serta mengamalkan apa-apa yang ada didalamnya. Tetap kita pegang erat-erat Al-quran ini, jangan sampai perbuatan kita keluar dan bertentangn dengan aturan-aturan yang ada dalam islam, yang terkandung dan dijelaskan dalam Al-quran dan hadits Nabi Muhammad Saw.